Berpacu dengan Elektabilitas Calon Presiden

Penulis: Aditiawan Chandra.

Memasuki masa Pemilu 2024 suhu politik Indonesia mulai memanas.  Ketidakpastian lingkungan bisnis menjadi meningkat.  Perhatian pelaku bisnis tercurah pada siapakah Calon Presiden (Capres) yang akan memenangkan perlehatan penggantian Pimpinan Nasional.

Jauh hari berbagai media utama telah memberikan gambaran siapa saja kandidat Capres favorit di kalangan masyarakat pemilih. Melalui hasil survei, mereka mengeluarkan persepsi tingkat kepopuleran kandidat, yang dikenal dengan kata Elektabilitas. Namun yang menjadi masalah, angka elektabilitas ini cenderung berfluktuasi, satu fenomena yang perlu dikupas lebih lanjut.

Tulisan ini mencoba menggali beberapa faktor pemicu yang diduga kuat bisa mempengaruhi fluktuasi angka elektabilitas. Empat faktor memainkan peran, masing-masing ketokohan kandidat, visi dan misi kampanye yang memikat, jejak prestasi,  dan tim pendukung yang kompak dan kuat.

Sepintas Konsep Elektabilitas 

Grafik tingkat keterpilihan Capres kembali trending di media sosial saat tiga pasangan Capres muncul kepermukaan.  Pada Pemilu 2024, mereka adalah kandidat pasangan Anies-Muhaimin; Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud.  Grafik elektibilitas ini berfluktuasi, saling berkejaran sejak bulan Oktober 2023.  Fluktuasinya akan terus bergerak sampai hari Pemilu pada 14 Februari 2024, atau 26 Juni pada putaran kedua.

Angka elektabilitas mengukur tingkat keterpilihan kandidat. Angka ini dihitung secara persentase dari hasil jajak pendapat sampel penduduk yang terpilih pada suatu survei.  Kebenarannya dapat kita pegang, jika sampel survei telah dipilih secara acak. Semakin besar cakupan sampel penduduk yang terwakili, semakin dapat dipercaya angka tersebut .  Angka elektabilitas akan berubah mendekati waktu Pemilu; mengikuti sentimen  responden terhadap Calon Kandidat. 

Secara teori komunikasi sosial, angka elektabilitas berkaitan dengan konsep “popularitas” dan konsep “akseptabilitas”.  Kandidat yang populer  akan lebih mudah dikenal oleh target pemilih.  Seseorang yang tak dikenal cenderung sulit untuk mampu bersaing dalam mendapatkan dukungan publik.  Tingkat popularitas ini biasanya tertanam jika kandidat tersebut telah memiliki karakter “ketokohan”. Namun bisa juga didapat melalui kekuasaan saat kandidat menjabat di Pemerintahan.  Jika dana kampanye mencukupi, kandidat dapat melakukan  branding di media elektronik/ media sosial untuk mengatrol popularitas. 

Apakah kemudian dengan terkenal dimata masyarakat, sudah merupakan kunci sukses untuk memenangkan Pemilu? Ternyata tidak.  Kandidat masih harus menarik simpati publik.  Dia perlu menunjukkan bahwa  kandidat  merupakan sosok yang bisa memenuhi harapan-harapan pemilih.   Disinilah pentingnya penyampaian visi, misi dan program kerja kandidat kepada masyarakat. Visi dan misi yang dominan akan mampu menjembatani harapan dari target pemilih saat memasuki bilik suara.  Masyarakat akan memberikan keberpihakan, jika program kerja yang ditawarkan memenuhi kebutuhan mereka.  Target pemilih perlu diberikan kepercayaan, bahwa program kerja yang ditawarkan bisa dijalankan.  Model kepemimpinan yang kuat dan terpercaya merupakan syarat yang perlu dipenuhi oleh kandidat Capres.

Ketokohan Kandidat

Studi dari Carsey School of Public Policy (2016) pernah meneliti pengaruh ketokohan terhadap elektabilitas kandidat dalam pemilihan anggota legislatif. Ternyata ketokohan bisa mempengaruhi persepsi dan dukungan dari pemilih. Sebelumnya Kslazek, Malthouse dan Webster dari Northwestern University (2010) menyimpulkan pengaruh yang kuat dari ketokohan atas preferensi pemilihan Presiden di Amerika Serikat. Pengaruh ketokohan pada angka elektabilitas tergantung  pada sejauh mana pemilih mengenal baik kandidat Presiden, disamping peguasaan pengetahuan politik. Holm dan Oscarson (2011)  menyimpulkan hal yang sama. Bahwa ketokohan kandidat terbukti punya dampak yang positip terhadap elektabilitas kandidat.

Di Indonesia, studi elektabilitas Lili Romli (2008) menunjukkan keterkaitan ketokohan mantan pejabat publik dalam memenangkan persaingan Pilkada.  Mereka adalah kandidat yang memiliki popularitas dan penguasaan opini publik. Kemudian, Litbang Kompas (2022) menunjukkan dengan terang benderang, alasan keberhasilan parpol Gerindra yang berangsur menjadi salah satu partai yang besar. Pendorong utamanya adalah keberadaan sosok Prabowo Subianto. Dia menjadi sosok pemimpin yang tegas dan mengayomi dalam membesarkan partai.  Ketokohannya terus melekat dan menjadi simpul kekuatan dalam meningkatkan dukungan partai Gerindra.   Demikian juga menurut saya, ketokohan sosok ibu Mega mengikuti karakter ayahnya Bung Karno, menjadi faktor penentu perkembangan pesat dari partai berlambang kepala banteng ini.  Jelas dukungan partai politik yang dominan dan kuat akan mampu menggerakan tingkat keterpilihan Capres.

Ketokohan ulama/pemuka masyarakat acapkali digunakan secara tidak langsung untuk  menjaring tambahan pemilih dalam persaingan yang ketat.  Tidak heran jika ketiga kandidat Capres 2024, pernah melakukan kunjungan silaturahmi kepada tokoh-tokoh ulama dan pemuka masyarakat.  Silaturahmi dilakukan untuk mendapatkan dukungan moril (bandwagon effect) yang diperlukan.  Dengan doa dan restu tokoh ulama terkenal,  diharapkan opini para pemilih pada kandidat tertentu terbentuk. Ustadz/Kiai  terkenal punya jumlah simpatisan dan pengikut yang banyak. Pertemuan silahturahmi dengan tokoh agama ini akan mendorong pemilih untuk menetapkan pilihan kandidatnya. Silaturahmi tidak harus ke tokoh agama. Namun bisa juga mendatangi mantan Presiden yang populer, Perdana Menteri/Sultan dari negara tetangga , atau tokoh masyarakat yang terkenal.

Demikian juga dengan memilih mitra Calon Wakil Presiden. Prosesnya perlu  dilakukan dengan memperhatikan keahlian dibidangnya dan  mampu menarik pemilih melalui  “bandwagon effect”, yang melekat pada dirinya.  Tak heran jika pak Mahfud dan pak Muhaimin bisa terpilih karena keduanya punya keterikatan secara institusional dengan calon pemilih dari kelompok partai/ormas Islam tertentu.

Visi dan misi kampanye yang memikat

Namun demikian tak dapat dipungkiri elektabilitas ini bukan hanya ditentukan oleh keberadaan sosok ketokohan. Terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi perilaku pemilih Indonesia. Visi dan Misi kampanye, berikut Program Kerja yang ditawarkan Capres dapat mempengaruhi tingkat elektabilitas kandidat.  Visi dan Misi tersebut menggambarkan apa yang ingin dibangun oleh masing-masing kandidat pada lima tahun ke depan. Platform kerja dibentuk atas dasar sumber daya dan  kesamaan platform politik dari partai politik yang mendukung. Semakin lengkap dan realistis tawaran program kerja yang memenuhi kebutuhan masyarakat, semakin memikat jumlah pemilih yang diharapkan tertarik dengan paket program kerja kandidat Capres.

Untuk Pemilu 2024, Visi dan Misi program kampanye kandidat Capres bisa dibedakan secara kentara.  Pasangan Prabowo/Gibran dan Ganjar/Mahfud, keduanya berkeinginan untuk melanjutkan program kerja yang telah dibangun oleh Presiden Jokowi.  Mereka sepakat akan melanjutkan kemandirian ekonomi melalui “Program-Hilirisasi” dari produk-produk ekspor mineral Indonesia. Merekapun akan melanjutkan pembangunan IKN-Nusantara, dengan sedikit pembedaan dalam teknis pelaksanaannya. Sedangkan pasangan Anies/Muhaimin tampil dengan warna yang berbeda,  membawakan tema perubahan. Perubahan ini diperlukan untuk mengoreksi arah pembangunan dengan lebih memperhatikan prinsip keadilan dan penegakan hukum.

Agar punya daya tarik program kerja yang lebih memikat, masing-masing kandidat berupaya menonjolkan keunikannya tersendiri.  Dalam membidik kalangan bawah, kubu Capres Prabowo Subianto mengedepankan program pemberian susu dan makan siang gratis untuk para pelajar. Sedangkan kubu Ganjar Pranowo akan melanjutkan pemberian bansos, insentif guru di kawasan Papua dan pemberian beasiswa pada anak miskin dan program internet gratis.  Dilain pihak, kubu Anies Baswedan lebih menekankan pemberian kredit usaha untuk kalangan anak muda dan bantuan pembangunan desa  sejumlah 5 Milyar per/desa.

Dalam upaya menarik simpatisan kalangan pebisnis, Capres Anies Baswedan pada debat gagasan di KPU, menjanjikan alokasi 5% APBN yang berjumlah 100 trilyun pada kredit usaha untuk kalangan anak muda. Bahkan kubu Paslon Satu ini meluncurkan istilah “slepetnomics” yang digagas oleh pak Muhaimin. Gagasannya adalah mengedepankan keberpihakan pada kelompok usaha kecil/menegah dengan upaya mengendalikan insentif pada usaha besar. Pajak orang kaya akan diaktifkan dan untuk ceruk kelompok menengah tingkat pajaknya dikurangi.   Kemudian pada kubu Ganjar, isu yang dikedepankan adalah peningkatan kepastian iklim investasi, khususnya untuk pengusaha besar.  Perijinan pembangunan Kawasan Industri akan ditingkatkan, sekaligus dengan membangun sekolah vokasi gratis di beberapa wilayah. Perbaikan peraturan perundangan pinjolpun tak luput menjadi perhatian. Tak mau kalah dengan kedua kubu pesaing, Capres Prabowo ingin membantu usahawan UKM untuk naik kelas peringkat. Program kerjanya meliputi pemberian kredit usaha, fasilitas pemasaran dan meningkatkan program penguatan SDM serta perlindungan hukum yang diperlukan. Khusus untuk kepentingan pengusaha besar, “Program-Hilirisasi” berikut fasilitas pemberian insentifnya akan menjadi prioritas pembangunan ke depan.

Terlihat sampai disini, masing-masing Visi dan Misi Capres di atas punya kekhususan tersendiri.  Mereka membangun program kerja untuk mentarget ceruk kelompok pemilih tertentu, pada wilayah yang diprioritaskan.  Masing-masing tentunya punya kelebihan dan kekurangan. Posisi keunggulan  program kerja kandidat Capres pilihan akan mudah untuk dicerna oleh kalangan professional.  Namun untuk kebutuhan target kelompok masyarakat miskin, program kerja yang menekankan pemenuhan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan pendidikan akan menjadi daya tarik utama mereka.

Saya melihat belum  ada satupun kandidat Capres yang menawarkan program peningkatan lapangan kerja bagi pemilih kalangan muda.  Yang mereka berikan masih sebatas pemberian bea siswa, program magang dan peningkatan produktivitas.   Melakukan pembangunan industri dengan potensi multiplier lapangan kerja yang tinggi, sebenarnya perlu mendapatkan prioritas. Industri tersebut misalnya meliputi industri elektronik, komputer, tekstil, otomotif, jasa konsultasi, laboratorium kesehatan, pendidikan digital, seni pertunjukan dan jasa sejenisnya.   Bonus demografi Indonesia dengan puluhan ribu pekerja, tentunya memerlukan kepastian akan ketersediaan lapangan kerja yang memadai bagi mereka.  Program kerja seperti ini masih dinantikan.

Jejak Prestasi Kandidat

Faktor yang tidak dapat diabaikan dalam mempertahankan elektabilitas adalah rekam jejak prestasi kandidat.  Kandidat Capres yang mampu mengayomi kepentingan semua pihak menjadi persyaratan mutlak keterpilihan.  Penduduk Indonesia memang sangat beragam. Mereka semua punya hak untuk mendapatkan kesetaraan perlakuan, tanpa memihak pada kepentingan mayoritas.  Kepemimpinan kandidat akan diterima dengan baik apabila kandidat tersebut mampu mempersatukan bangsa Indonesia yang berbeda latar belakang agama dan kesukuannya.   

“Akseptabilitas” kandidat tentunya tidak cukup dibangun hanya dengan menonjolkan ketokohan.   Prestasi dan jejak kepemimpinan masa lalu akan mempengaruhi akseptabilitas kandidat.   Tidak aneh jika kemudian kandidat presiden di negara kita adalah mereka yang pernah menjadi Walikota, Gubernur, pimpinan puncak partai politik/ TNI, atau pimpinan perusahaan global yang sukses. Jejak prestasi yang dinginkan masyarakat pemilih adalah prestasi orisinil dari kandidat bersangkutan. Tanpa tipuan kampanye menyesatkan.  Bukan juga prestasi yang didapat karena adanya sokongan birokrasi yang diarahkan.  Atau bahkan dengan melanggar sistem tata-kelola kepemerintahan yang berlaku. 

Satu hal yang perlu diwaspadai oleh kandidat, adalah serangan lawan pada acara debat Capres. Lawan yang cerdik akan mempertanyakan prestasi kepemimpinan masa lalu.   Dengan waktu debat yang singkat, kandidat harus mampu memberikan klarifikasi kemungkinan serangan liar yang mengorek kelemahan yang ada.  Apalagi jika serangan tersebut disertakan dengan rekaman jejak digital yang telah beredar luas.   Hal ini ditunjukkan beberapa hari yang lalu, bagaimana pak Prabowo terlihat agak menghindar dari pertanyaan-pertanyaan teknis tentang Anggaran Pertahanan.  Kekurang-siapan tim sukses kubu Prabowo memberikan masukan pada beliau, membuat kandidat Anies dan Ganjar memberikan skor rendah dalam kepemimpinan Prabowo di bidang Pertahanan.  Secara serempak kemudian keesokan harinya sentimen negatif mendera pihak Prabowo.

Namun satu hal yang perlu dijaga, bahwa secara etika seperti kurang patut jika kandidat lawan menyerang dengan retorika seolah-olah dia pribadi yang paling baik.  Apalagi jika jejak digital masa lalunya menunjukkan, bahwa kandidat tersebut adalah kawan seperjuangan yang telah  mendapatkan dukungan fasilitasi oleh lawan.  Biarlah masyarakat memilih calon kandidat presiden tanpa hasutan dengan memberikan skor nilai kepemimpinan menurut selera pribadinya.

Tim Pendukung yang kompak dan kuat

Akhirnya, sekuat apapun sosok kandidat Presiden, jika tidak didukung oleh Tim Pemenangan yang kuat maka agak sulit untuk meningkatkan dan menjaga angka elektabilitas.  Tim Pemenangan yang kuat akan terbentuk dengan melibatkan sosok professional lintas disiplin, yang mampu bekerja sama dan berjuang untuk kemenangan kandidat sepenuhnya.   Ditengah perjalanan, bukan tidak mungkin kekompakan akan memudar jika sumber pendanaan dirasakan kurang. Apalagi dengan penempatan kalangan profesional di tim tersebut yang berat sebelah kepada penunjukkan “orang dalam”.  Cara berkampanye di lapanganpun, perlu mendapatkan perhatian agar pesan-pesan penting pada program kerja kandidat terkirim dengan baik dan benar. Sangat disayangkan jika kampanye yang ada hanya berisikan retorika adu mulut dan kekuatan fisik.

Apa yang saya uraikan diatas akan pupus dengan proses pemungutan suara yang diperjual-belikan, dengan serangan sogokan uang suap, dan perilaku kecurangan birokrasi dalam pengumpulan data suara.

Cibubur 8 Januari 2024.

Shifting ke Belanja OnLine

Penulis: Aditiawan Chandra.
Artikel Harvard Business Review September 20 2017 yang menyorot kasus kebangkrutan produsen mainan “Toys R Us” menarik untuk diamati implikasinya.

Toko mainan yang lengkap ini sangat diminati oleh konsumen mancanegara, khususnya di Amerika Serikat. Kemudian terjadi malapetaka karena perusahaan ini mengalami kebangkrutan. Biang keroknya tidak lain dampak dari inovasi sistim logistik, yang kemudian mengganggu (disrupted) konsep cara berbelanja tradisional yang ada.

Awalnya, cara memasarkan produk2 retail memerlukan kehadiran konsumen untuk berkunjung ke gerai2 toko di pusat kota (CBD). Alasannya, konsentrasi pembeli ada di pusat kota– maka pilihlah lokasi usaha di tengah kota. Menariknya janji ini memicu produsen produk retail seperti produk mainan, pakaian dan sepatu untuk membuka pusat2 penjualannya di mal-mal tengah kota. Mereka memperebutkan tempat sewa strategis di mall, dan memang peningkatan penjualanpun terjadi setelah itu.

shoppingmall

Namun zaman emas ini sudah berlalu. Aplikasi teknologi internet pada sistim logistik pemesanan produk retail, berubah menjadi on-line lima tahun belakangan. Maraknya cara penjualan on-line terjadi di produk retail pakaian, mainan anak, sepatu dan produk convenience lainnya. Memang konsumen dimanjakan. Mereka bisa belanja dari rumahnya masing-masing tanpa berkunjung lagi ke pusat belanja. Akibatnya, lambat laun toko-toko produk retail di mall tengah kota mulai sepi pengunjung. Naaah fakta ini yang menjadi pil pahit pada perusahaan Toys R Us.

Apakah implikasinya bagi produsen retail di Indonesia?

Saat ini kota-kota besar Indonesia banyak meniru konsep pengembangan pusat kota seperti yang pernah di lakukan di negara-negara Barat. Gedung mal dan pusat belanja dibangun dan berjamuran di kota-kota besar. Kemudian penjual produk2 retail banyak yang memanfaatkan konsentrasi pengujung mall tersebut. Mereka memanfaatkan konsep cara penjualan barang offline dengan mendatangi pusat-pusat keramaian.

Kedepannya, bisa saja apa yang dialami seperti kasus Toys R Us akan terjadi di negara kita. Kita lihat bagaimana platform Facebook banyak dipakai oleh penjual multi level saat menawarkan produk2 mereka ke konsumen. Lambat laun cara berbelanja on-line akan menjadi gaya hidup masyarakat urban Indonesia. Apalagi dengan kecenderungan peningkatan kemacetan lalu lintas kota, motif penduduk kota mengunjungi mall bukan lagi untuk berbelanja produk retail, tetapi sekedar untuk cari tempat makan dan ngerumpi di café dan pub.

Jadi bersiaplah teman-teman menyongsong adanya “disruption” di sektor retail tradisional.

#online #disruption #retail

/a/ Link: https://hbr.org/2017/09/toys-r-us-is-dead-but-physical-retail-isnt?utm_campaign=hbr&utm_source=facebook&utm_medium=social

Siasat Menyiapkan Karir

Menyiapkan karir

Penulis: Aditiawan Chandra.
Setiap orang ingin punya penghasilan yang mapan dan berkecukupan. Kehidupan yang berkecukupan telah menjadi dambaan kita semua.

Impian ini tentunya akan terselengara jika kita sudah memiliki “mesin penghasil uang”. Sebagian didapat dengan pemilihan bidang pekerjaan/bisnis yang tepat yang mampu menghasilkan pendapatan yang bagus dan prospektif. Jadi kita perlu mempersiapkan karir secara lebih baik dan matang.

Bagaimana kemudian cara menyiapkan diri agar perjalanan karir berjalan sesuai harapan?

Berikut beberapa kiat yang dapat saya berbagi pada teman-teman:

Miliki Impian yang Dahsyad
Hampir semua pimpinan organisasi dan pimpinan negara yang terkenal punya impian-impian yang dahsyad.

Masih ingat bagaimana Presiden Sukarno selalu menggaungkan perlunya bangsa Indonesia bekerja keras untuk mencapai tujuan “Masyarakat Indonesia yang Adil dan Makmur”. Dengan tekad ini masyarakat Indonesia bisa bersatu dan sepakat melakukan pembangunan secara berkelanjutan.

Kemudian Presiden John F. Kennedy punya Impian hebatnya untuk “Mengirim manusia menginjakkan kakinya di Bulan”. Impian ini berhasil menyatukan tekad teknokrat Amerika merekayasa dan mengirimkan pesawat Apollo ke bulan.

Dengan impian yang besar akan timbul semangat kuat untuk bekerja keras dan berusaha mencapai target-target antara — sebagai syarat meraih mimpi atau keinginan masa depan yang akan dituju.

Sebagai contoh, saya dahulu bekerja keras mendapatkan ijasah S1 sekaligus mengejar keterbelakangan penguasaan bahasa Inggris. Semua itu saya lakukan semata-mata karena saya ingin “Pergi Melihat Amerika Serikat Secara Gratis”. Dengan memilih FEUI sebagai jalur karir awal, saya punya kesempatan besar diterima di Universitas Amerika Serikat. Dan Alhamdulillah saya bisa pergi tinggal di Amerika Serikat selama 8 tahun, dengan pendanaan fellowship bersaing.

Kuasai Ketrampilan Terkini
Menurut temuan satu riset yang berlaku juga di Indonesia, ada sekitar 96% Pengelola Perguruan Tinggi meyakini bahwa lembaga pendidikan mereka punya kemampuan dalam menyiapkan mahasiswanya untuk siap bekerja. Tetapi anehnya hanya ada sekitar 11% Pimpinan Bisnis yang setuju bahwa lulusan Perguruan Tinggi memiliki ketrampilan dan kemampuan mengelola pekerjaan yang dituntut oleh perusahaan mereka.

Hal ini tidak aneh karena bidang pekerjaan yang ada di dunia nyata telah disesuaikan dengan kebutuhan organisasi perusahaan. Sementara kurikulum pengajaran di Perguruan tinggi tidak bisa dirubah dengan cepat. Apalagi sesering mungkin mengikuti pola perubahan permintaan dari penerima calon pekerja lulusannya.

Menyikapi kondisi ini, saya sarankan Anda menutup kekurangan dengan menguasai ketrampilan terpakai sesuai dengan perubahan zaman. Persisnya kita perlu belajar secara mandiri mencari informasi paling terbaru dan mau berpikir mencari hal-hal yang kreatif.

Berpikir secara kreatif , mampu berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik merupakan syarat utama kita siap menjemput tantangan. Ketrampilan khusus yang unik bisa dipupuk antara lain dari jenis kegiatan sehari-hari yang merupakan passion/hobby Anda. Ketrampilan ini akan semakin terasah jika dikembangkan secara talenta. Upaya lain adalah memiliki kemahiran yang bisa ditonjolkan dan dikolaborasikan dengan pihak ketiga.

Kita perlu menguasai ketrampilan mengolah data digital, pengetahuan aplikasi software dan mengikuti perubahan teknologi digital.

Ikuti traning atau seminar dalam tehnik berkomunikasi, kemahiran berbahasa asing, penguasaan aspek leadership, membangun teamwork, memanaje data statistik dan data digital, branding melalui media sosial, serta tehnik2 terbaru sesuai bidangnya masing-masing.

Kuasai Pengetahuan Hard Skill Sesuai Bidangnya
Kemampuan hardskill yang mencakup wawasan pohon ilmu tertentu, akan memuluskan perjalanan karir Anda ke depan.

Namun saya tidak mengatakan bahwa Anda perlu memilih bidang pengetahuan yang sedang naik daun. Semua bidang pengetahuan tentunya mempunyai kelebihan dan manfaatnya masing-masing. Tinggal sejauh mana kita mampu menguasai dan mendalami pegetahuan tersebut. Kita harus mampu memutahirkan ilmu tersebut dengan aplikasinya di kondisi terkini.

Ambil contoh, pengetahuan tentang manajemen perusahaan bisa diperoleh dengan bekerja sebagai konsultan managemen. Disana Anda akan diasah untuk mampu memecahkan permasalahan bisnis, membuat keputusan yang rasional dan membina teamwork yang tangguh. Ketrampian inilah yang kemudian banyak mensupport perjalanan karir saya. Saya terlatih untuk memiliki budaya kerja yang kuat dan menjaga etika kerja yang professional.

Miliki Komitmen dan Semangat dalam bekerja
Mari kita amati bagaimana pemilik bisnis dan pejabat eksekutif papan atas bisa meraih posisi karir puncaknya. Hampir semua memiliki komitmen yang tinggi dalam menggeluti pekerjaan mereka sehari-hari. Mereka menjadi sosok pimpinan yang bisa memotivasi team kerjanya. Termasuk membangun etos kerja keras di organisasi. Mereka mampu menyelesaikan semua hambatan dan permasalahan kritis yang dihadapi.

Menurut pengalaman saya, sukses dalam meraih mimpi akan semakin mudah jika dibekali oleh komitmen yang kuat, disamping dukungan bakat, ketrampilan serta mau untuk bekerja keras . Dengan berkomitmen pada diri sendiri — kita berikrar menyatakan akan tetap fokus pada apa yang kita kerjakan. Kita mampu memilih kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas. Dalam hal ini, komitmen yang mengarah pada perubahan, biasanya lebih mempunyai daya dorong dan memberikan motivasi kuat dalam penyelesaian tugas-tugas sulit penuh rintangan.

“Tiada hasil yang bagus tanpa mau bekerja keras”.

Inilah motto budaya kerja dari saya pribadi. Mengapa Negara Jepang dan Jerman bisa maju negaranya dan stabil sepanjang masa? Hal ini disebabkan oleh cara bekerja mereka sehari-harinya. Mereka umumnya warga kelas dunia yang bertanggung jawab atas tugas yang dihadapi. Mereka gigih mengejar prestasi dan mempunyai rasa memiliki terhadap organisasi yang tinggi.

Kesimpulannya, segera buang semangat bermalas-malasan. Segera miliki prioritas pekerjaan, dan tetap konsisten membuat “daftar to do list”. Budaya kerja keras pantang menyerah, hendaknya menjadi motto dalam kita berkarya.

Berikut adalah contoh-contoh perbuatan yang perlu dibangun sebagai budaya kerja berprestasi demi meraih sukses:

  • Segera lakukan tindakan nyata, hindari slogan dan omong kosong.
  • Prioritaskan waktu Anda pada pekerjaan-perkerjaan utama.
  • Tidak lari dari prioritas pekerjaan jika Anda menghadapi kendala sulit.
  • Utamakan penyelesaian tugas-tugas yang mendukung pencapaian target.
  • Menepati janji, komitmen pada rencana kerja dan kesepakatan bersama.
  • Rela berkorban pada waktu dan sumber daya demi terlaksananya tujuan.

Junjung Tinggi Integritas dan Kejujuran
Kemanapun Anda berkolaborasi dengan mitra bisnis dan rekan sekerja, mereka menuntut Anda memberikan jaminan: mampu memegang janji, tidak melakukan penipuan, bisa dipercaya dan taat memenuhi kode etik yang disepakati. Anda tidak lari dari tanggung jawab. Benar istilah kerennya integritas dan kejujuran menjadi tuntutan dalam pekerjaan, dan menjadi faktor utama untuk lulus test seleksi saat masuk di organisasi.

Kira-kira apa saja kemudian tindakan yang bisa menjamin tegaknya integritas?

Saya katakan Integritas akan terbentuk jika kita mampu:

  • Mengerjakan pekerjaan dengan benar untuk kepentingan organisasi walaupun tak ada orang yang melihat.
  • Memperlakukan rekan sekerja dan bawahan dengan baik dan sejajar, dimana bawahan bukan budak suruhan dari atasan.
  • Mengatakan hal-hal yang paling benar walaupun sulit dilakukan dan tidak populer dimata rekan sejawat.
  • Menghindari perbuatan curang dan korup.
  • Bersekongkol menjatuhkan pihak lawan atau pihak ketiga.
  • Memojokkan dan mempermalukan seseorang karena kita kecewa atas perbuatannya.
  • Menjaga kerahasiaan organisasi dalam pertukaran data dan informasi.
  • Mengedepankan budi pekerti dan etika sopan santun berorganisasi.
  • Menjaga perbuatan dan perkataan yang tidak berbeda dalam kenyataan.
  • Tidak melakukan penghianatan pada rekan kerja, atasan dan organisasi.
  • Tidak mengatas namakan kepentingan pribadi dan kelompok.
  • Tidak bisa disuap oleh uang dan jabatan, dan tidak gentar atas hilangnya jabatan.

Sepanjang kita mampu membangun integritas dalam pekerjaan, dan bisa dipercaya oleh mitra kerja, semuanya akan mempermudah perjalanan karir Anda.

Bangunlah karakter Anda sebagai “sosok yang jujur dan tidak bisa disalah-gunakan”.

@Copyright by AditiawanChandra

Mengantisipasi Perubahan

Penulis: Aditiawan Chandra.
Pagi ini saya membaca koran yang penuh dengan tulisan yang berisikan kekhawatiran tentang pro dan kontra terhadap berbagai isu baru. Reaksipun menjadi beragam muncul spontan karena akan terjadinya “perubahan”.

Mengapa perubahan menimbulkan pertentangan, silang pendapat dan reaksi keras ketidak-setujuan?

Meminjam teori ilmu ekonomi tingkat pertama, dengan perubahan satu tatanan bergeser dari kondisi “equilibrium lama” kepada posisi “keseimbangan baru”. Dampak perubahan kebijakan baru akan dirasakan oleh kelompok yang diuntungkan dan mereka yang dirugikan.

Contoh, terpilihnya Presiden Amerika Serikat ke-45, yang istilah kerennya bekerja untuk memenuhi “tuntutan warga Amerika” , telah menimbulkan kegoncangan tatanan keseimbangan ekonomi global, pasar keuangan, dan perjanjian kerjasama antar Negara. Duniapun mengalami perubahan ke arah pendulum menuju kesimbangan barunya.

Kemudian rencana keluarnya negara Inggris dari Kelompok Ekonomi Eropah (MEE) telah membuat kehebohan tersendiri yang berakibat tumbangnya era pemerintahan wanita Perdana Menteri Inggris.

tea_party_-_pennsylvania_avenue

(picture from Google)

Berikut beberapa hal yang ingin saya bagi pada teman-teman tentang esensi proses “perubahan”:

(1) “perubahan” umumnya terjadi karena ketidak puasan atas kinerja yang ada.

Inggris keluar dari MEE didorong oleh tuntutan warga negara seniornya yang memusuhi kedatangan warga immigrant pendatang. Di Amerika Serikat maraknya demo terjadi akibat kebijakan Pemerintah Trumph yang mengusung “perlindungan pada kepentingan utama warga Amerika”.

Secara mikro, setiap perubahan kebijakan di perusahaan tercetus karena dorongan perubahan Lingkungan Bisnis. Reaksinya antara lain dengan melakukan “perubahan” visi atau cara kerja unit-unit organisasi dalam mencapai tujuan.

Perubahan kebijakan yang dilakukan , menggantikan pejabat atau menutup Kantor Cabang yang buruk kinerjanya. Kalah bersaing di pasar bisa mendorong Pimpinan melakukan pemangkasan biaya dan perumahan karyawan. Jika kelesuan kinerja tetap berlanjut bisa saja Leader Unit Organisasi melakukan kebijakan “bedol desa” menggantikan dengan tenaga2 andalan mereka. Akhirnya, saat jaringan pemasaran menunjukkan gejala lumpuh, bisa saja ranting tersebut digantikan dengan merekrut member baru yang lebih energetik.

(2) “perubahan” dapat mengguncang tatanan lama dan menimbulkan reaksi negatif yang berlebihan

Kebijakan perubahan di perusahaan akan mendorong timbulnya protes keras di organisasi. Namun protes ini akan kalah dengan sendirinya, karena adanya komitmen Pimpinan yang lebih dominan dan futuristik. Saat para pelaku protes kemudian frustasi dan merasa terpojok, mereka akan mengakhiri protesnya dengan pembiaran pada kondisi baru pasca perubahan.

(3) Perubahan melalui Corporate Action bisa memberikan hasil rekayasa yang lebih baik. Namun bisa terguncang kembali jika ketidakpuasan meningkat.

Melihat pada contoh kasus yang telah diuraikan, ada beberapa tindakan yang bisa saya sarankan.

Tindakan corporate action, bisa menimbulkan reaksi kompromi yang positif atau sebaliknya perlawanan yang negatif. Namun reaksi negatif ini pada akhirnya akan melemah karena sebagian tuntutan telah diakomodir atau karena habisnya amunisi dari para pelaku protes.

Setiap strategi perubahan perlu disiapkan dengan kejelasan blueprint kebijakan yang akan diusung dan ketegasan proses pelaksanaannya. Jika timbul protes negatif yang masif segera lakukan mitigasi mencari kompromi sebelum ekskalasi bola salju semakin membahayakan.

#perubahan #protes #strategi

Bisnis MultiLevel Indonesia

Penulis: Aditiawan Chandra.
Penjualan Multilevel adalah penjualan produk-produk retail tanpa melalui jalur distribusi ke distributor, pedagang menengah, dan kios2 keagenan. Jadi proses penjualannya lewat online atau melalui sistim jaringan pemasaran berjenjang (multi level).

Bicara mengenai prospek bisnis multilevel Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan perekonomian Indonesia. Kesehatan dan keberlanjutan roda ekonomi akan mempengaruhi perkembangan kegiatan bisnis retail ini. Berikut analisis saya menggunakan data tahun 2017.

  1. Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sehatkah kondisi perekonomian Indonesia beberapa tahun kebelakang?

Marilah kita lihat beberapa indikator utama yang menjadi faktor penentu (antara lain pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan nilai tukar.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata adalah 5.0%. Dibandingkan dengan perkembangan jangka panjang 2006-2016, pertumbuhan tinggi dicapai pada level 7.16% dan yang terendah 1.56%. Ini merupakan prestasi tersendiri dengan pertumbuhan tertinggi di Asia Tenggara. Diantara negara G-20 Indonesia masuk ke peringkat No-3.

Ke depan pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi kita akan berlanjut walaupun tidak pada level yang terlalu tinggi.

Forecast Bank Indonesia mematok angka optimis pada tingkatan rata-rata 6% untuk periode 2017-2019. Sedangkan Asia Development Bank (ADB) memperkirakan level 5.1% — yang tidak jauh berbeda dengan perkiraan Bank Dunia pada level 5.5%.

og

(Source: Google- Statistics Indonesia)

Sebagai akibat perkembangan perekonomian yang menggembirakan ini, pendapatan per kapita penduduk Indonesia pada tahun 2016 menunjukkan angka 3834 US dollar/ kapita — tingkatan tertinggi yang diraih selama periode 2006-2016. Coba bandingkan dengan level terendahnya 549 US dollar/kapita sehingga merupakan lonjakan dahsyad dalam daya beli konsumen Indonesia secara menyeluruh.

Daya beli konsumen yang melonjak ini membuat sektor retail di Indonesia tumbuh cepat dibandingkan kondisi beberapa tahun sebelumnya. Baik perdagangan partai besar dan kecil mengalami perkembangan yang meningkat. Akibatnya, investasi di bidang pergudangan, logistic, angkutan barang dan aktivitas mall meningkat pesat. Value added dari kegiatan sektor jasa misalnya, GDP nya mencapai level sekitar 40 triliun rupiah, melonjak dari level terendah 23.7 triliun selama periode 2006-2016.

Daya beli yang kuat ini disokong oleh rendahnya tingkat inflasi, yang membukukan level 3.1% tahun 2016. Pemerintah telah berupaya sekuat tenaga membuat realisasi inflasi dibawah level APBNP 2016.

Satu hal yang membuat kinerja perekonomian belum optimal adalah tingkatan nilai tukar rupiah. Akibat tekanan faktor eksternal nilai tukar kita pernah mengalami pelemahan, dan kemudian bertengger pada stabilitas baru Rp 13.307 per US dollar pada tahun 2016. Bagi produk-produk retail yang selama ini diimpor, tingginya nilai tukar ini membuat harga jual beberapa produk impor mengalami penyesuaian harga jual beberapa kali selama waktu 2 tahun terakhir. Produk-produk retail yang terkena dampak antara lain produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik.

  1. Tantangan Pasar Retail Penjualan Langsung

Memasuki tahun 2017 pasar sektor retail di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup serius. Diperlukan antisipasi para pebisnis dalam menghadapi tantangan berikut.

Pertama, walaupun pendapatan per kapita mengalami lonjakan sebenarnya kondisi disparitas pendapatan di level konsumen rumah tangga mengalami kepincangan. Saat ekonomi melaju dengan rata-rata pertumbuhan 5.58% selama periode 2004-2015, ternyata angka kemiskinan menurun rata-rata 5.53%.

Kedua, pada bulan Februari dan Maret kondisi politik di Negara kita kembali menghangat sejalan berjalannya Pilkada secara serentak. Apalagi dengan jor-joran peserta partai politik dalam pemilihan kepala daerah, kondisi pasar retail akan terimbas oleh perlehatan akbar tersebut. Semoga proses Pilkada ini bisa berjalan aman dan terkendali.

Ketiga, produktivitas nasional belum berjalan dengan optimal. Dampak tingkat pengeluaran modal investasi (ICOR) tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan perekonomian itu sendiri. Menurut Harian Kompas ICOR Indonesia meningkat dari 4.5% pada tahun 2013 ke tingkatan 6.8% pada tahun 2015. Namun demikian laju pertumbuhan ekonomi Indonesia turun dari tingkat 5.6% tahun 2013 menuju 5.02% tahun 2015. Banyak ahli mengatakan bahwa dana desa yang ditingkatkan oleh Pemerintah dikhususkan untuk pengembangan infrastruktur, dan belum cukup disalurkan pada upaya meningkatkan investasi di bidang pemberdayaan masyarakat.

Terakhir, dengan perkembangan kondisi permintaan pasar global, biaya transport di dalam negeri akan cenderung meningkat. Faktor pencetusnya adalah penyesuaian harga premium dan bahan bakar serta peningkatan tariff pendaftaran kendaraan bermotor di kota besar.

Namun selama pebisnis sektor retail mampu bekerja dengan efisien dan menajamkan tergetting pasarnya maka tantangan ini insya Allah bisa dihadapi dengan baik.

  1. Prospek Kedepan

Prospek kegiatan Penjualan Langsung Retail menurut saya masih menjanjikan. Masih terdapat ruang gerak yang cukup luas untuk meningkatkan volume penjualan. Tentunya ini semua tergantung dari jenis produk retail yang digeluti dan target konsumen/wilayah pasar yang menjadi sorotan utama.

teaser_2016-retail-and-consumer-products-trends580x280

(picture from Google)

Alasan argumentasi ini saya buat dengan melihat perkembangan yang ditunjukkan oleh hal-hal berikut ini.

A. Trend positip perkembangan Pengeluaran Konsumen. Rata-rata Consumer Spending masyarakat Indonesia berkisar 598 Triliun Rupiah selama tahun 2000-2015. Permintaan ini melonjak dahsyad dengan angka 1308 Triliun Rupiah pada Kwartal III tahun 2016. Bandingkan posisi terendahnya pada Kwartal I tahun 2000 yang menunjukkan angka 210 Triliun Rupiah.

B. Kredit konsumen seperti pengeluaran kartu kredit mengambil peran dominan atas lonjakan permintaan tersebut. Per bulan Nopember 2016, terdapat 17.351 juta kartu kredit yang diterbitkan. Jumlah transaksinya mencapai 26.342 juta , atau senilai angka 23.745 Triliun Rupiah. Penurunan tingkat bunga kredit diharapkan bisa membuat kondisi permintaan bertahan. Untuk diketahui, pada bulan Januari 2017 Bank Indonesia telah menurunkan tingkat Bunga kartu kredit 2.25% per bulan atau 27% per tahunnya.

C. Penjualan sektor retail di Indonesia telah tumbuh 7.6% dengan basis year on year. Ini adalah posisi pada bulan Oktober 2016. Bandingkan dengan level terendah -26.3% dan max 40.3% selama periode sepuluh tahun terakhir. Sebagai informasi saja jumlah transaksi ATM telah mencapai 44 milyar transaksi dengan nilai Rp 483 Triliun Rupiah.

D. Tingkat kepercayaan konsumen atas kondisi pasar, yang biasa disebut dengan Consumer Confidence Index –menunjukkan trend yang meningkat. Menurut Hasil Survey Konsumen dari Nilsen angkanya meningkat tajam dari 116 tahun 2015 ke 122 tahun 2016. Rentang minimum level adalah 9.6 dan maksimum 121 selama periode 2006-2015.

E. Pemerintah pada tahun 2017 akan lebih mengutamakan upaya memeratakan distribusi pendapatan dengan kebijakan-kebijakan: (a) transfer dana ke desa-desa yang lebih besar, (b) meredistribusikan asset dan (c) meningkatkan volume penyaluran kredit usaha rakyat.

F. Penggunaan komunikasi dan pemasaran lewat media sosial di Indonesia salah satu yang terbesar di dunia. Hal ini berakibat semakin murah dan tersedianya peralatan handphone dan dukungan kapasitas jaringan internet secara nasional. Penjualan online melalui e-catalog telah banyak dirintis oleh perusahaan retail global, seperti halnya perusahaan kosmetik Oriflame.

Screen Shot 2017-01-18 at 11.58.08 PM.png

(picture from Oriflame Indonesia)

Jadi terlihat jelas prospek bisnis retail di Indonesia masih cukup menggembirakan.

  1. Implikasi Bagi Pebisnis di Sektor Penjualan Langsung Retail.

Gambaran perkembangan retail bisnis di atas menunjukan prospek yang bagus. Masih cukup tersedia ruang yang lebar bagi para pebisnis retail barang2 kebutuhan rumah tangga untuk meningkatkan penjualnya melalui perluasan jaringan keanggotaan. Fokus ke depan pada kegiatan pemasaran produk2 kosmetik, obat2an supplement, produk sepatu, barang pakaian serta jasa pengiriman barang.

Menguatnya nilai mata uang dollar terhadap rupiah akan membawa dampak pada peningkatan ekspor hasil2 produk pertanian dan hasil hutan. Keadaan ini bisa mempengaruhi permintaan terhadap kebutuhan rumah tangga di wilayah-wilayah domisili produk ekspor tersebut. Pasar produk-produk kebutuhan rumah tangga di kota menengah di Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Maluku diperkirakan akan meningkat.

Penguatan mata uang asing bisa berarti naiknya lonjakan arus kedatangan turis manca negara ke wilayah-wilayah wisata di tanah air. Meliputi daerah di Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat. Perekonomian daerah di wilayah wisata ini akan memberikan prospek bagi peningkatan permintaan produk-produk retail.

Pebisnis yang menjual produk-produk retail impor perlu mensiati strategi pemasarannya dengan cerdik. Segmen pasar yang ada hendaknya lebih dipertajam, membidik target konsumen menengah dan atas. Konsentrasi pasar tentunya masih di kota-kota besar, khususnya yang memiliki akses kegiatan ekspor impor dengan dunia luar.

Konsumen produk retail berbasis impor mendambakan kemudahan akses informasi tentang spesifikasi produk yang lebih rinci dan range harga yang bersaing. Sehingga diperlukan kemahiran para penjual retail memasarkan produk2nya secara onlinedi di media sosial. Kecenderungan peningkatan kemacetan di kota-kota besar membuat konsumen semakin enggan pergi berbelanja on the spot di toko2 atau gerai mall. Mereka pergi ke mall utamanya untuk keperluan makan, nonton film dan ngupi2 di café dan bukan khusus untuk tujuan shopping.

#multilevel #online #retail

Tinjauan Buku: Storytelling with Data

Cole Nussbaumer Knaflic. 2015. STORYTELLING WITH DATA. New Jersey: John Wiley and Son. ISBN 978-1-119-00225-3

Oleh Aditiawan Chandra

Dalam era teknologi informasi yang semakin canggih kehidupan kita dipenuhi oleh lautan data. Data bisa berbentuk koleksi angka2 kuantitatif, kejadian satu event atau rekaman serial digital photo. Menjadi pertanyaan lebih lanjut:

“Bagaimana kita bisa memanfaatkan koleksi data yang banyak jumlahnya ini menjadi satu informasi yang bermanfaat bagi keputusan bisnis atau penyebaran komunikasi?”

Kita sering kecewa saat melihat laporan penjualan yang disampaikan bawahan yang sulit dicerna Belum lagi dengan tumpukan album foto tanpa tema, atau cerita panjang tanpa makna yang dijejali masuk ke timeline wall facebook kita. Menjembatani kegundahan para pembuat keputusan bisnis atau penerima pesan informasi, buku yang ditulis oleh Cole ini sedikitnya menjawab kebutuhan tersebut.

Buku ini berisikan pedoman cara menyampaikan pesan komunikasi dengan baik dan efektif ditengah tumpukan ribuan data yang ada di sekitar kita.Dari buku barunya yang berjumlah 267 halaman, Penulis menyarankan perlunya kita membuat cerita yang mudah ditangkap dan mudah dimengerti (STORYTELLING) dengan memanfaatkan data yang sesuai. Tujuannya tak lain agar pesan komunikasi yang diterima menjadi efektif — tidak membingungkan dan mudah dimengerti.

Penulis yang berlatar belakang pengetahuan matematika dan ilmu manajemen bisnis, memberikan pedoman dalam menyiapkan “storytelling” tersebut. Terdapat 6 tahapan, berikut ini:

  1. Mengerti KONTEKS PESAN yang disampaikan.

Kita perlu menetapkan target dari kelompok orang yang akan menerima pesan. Intinya hindari keinginan agar semua audience bisa dijangkau dengan pesan Anda. Kemudian berpikirlah sebentar dengan mempertanyakan:“Kira2 inti pesan apa yang paling penting yang ingin disampaikan?”

Konsep yang paling menarik dalam menyiapkan ini Penulis memperkenalkan metode cara membuat cerita yang dibatasi 3 menit untuk membaca/mendengar/ melihatnya. Naah jurus ini kita perlu banyak berlatih. Kemudian kita perlu membuat rencana “storyboard”, berisikan slogan:

(a) isu yang akan diusung,

(b) hubungkan dengan data yang ada,

(c) kemudian ide untuk memecahkan permasalahan pada isu tersebut,

(d) tunjukan ilustrasi/grafik/diagram/fotonya secara visual, dan

(e) sarankan rekomendasi.

  1. Gunakan TEHNIK PERAGA VISUAL yang cocok.

Tidak ada saran peraga visual yang bagaimana yang paling baik untuk dipakai. Apapun bisa dipakai sepanjang jangan terlalu berlebihan memperagakannya. Buatlah sesederhana mungkin. Namun demikian Penulis menyarankan untuk kita tidak menggunakan tehnik visual “apple chart” dan “chart 3dimensi”. Kitapun diminta untuk menjaga etika dalam memperagakan konsep pesan, dengan tidak melakukan manipulasi data atau gambar cloning.

  1. HILANGKAN CLUTTER: peraga visual yang rumit

Satu lagi tip untuk membuat cerita pesan yang yang efektif adalah menghindari peraga visual yang rumit. Apalagi jika memasukkan tampilan grafis statistic yang beragam dan rumit dalam satu tayangan. Ini perlu dihindari.

Penulis menyarakan perlunya menggunakan SKENARIO PERAGA sebelum kita memilih gambar yang akan digunakan.. Tentunya dengan membuat tayangan peraga berlatarbelakang warna putih, dengan menggunakan kontras dan tone warna untuk menonjolkan pesan yang “eye-catching”. Kita diminta untuk tidak menggunakan “Gridline” pada grafik presentasi.

  1. FOKUS KE INTI PESAN yang akan disampaikan.

Untuk menggiring perhatian penerima pesan dalam tayangan visual, sebaiknya kita menggunakan apa yang dinamakan “preattentive attribute”. Bentuknya bisa dalam pemilihan skala ukuran, tone dan kontras warna maupun memposisikan gambar/photo di halaman peraga pesan. Dengan tehnik2 contoh yang diberikan oleh Penulis, penggunaan attribute ini mampu menggiring perhatian indra mata dan otak penerima pesan tertuju pada focus pesan yang akan kita tonjolkan.

  1. Gunakan KONSEP DISAIN yang bagus.

Berkomunikasi dengan memanfaatkan data akan lebih menarik jika kita menggunakan PRINSIP KONSEP DISAIN yang bagus. Yang pertama gunakanlah jenis huruf, ketebalannya, warna huruf atau ukuran huruf untuk mendapatkan inti pesan yang menarik. Lebih lanjut hindari kalimat, cerita atau konsep yang mengganggu atau kurang berhubungan dengan pesan inti yang ingin ditonjolkan. Hendaknya penggunaan gaya bahasapun dibuat sesingkat mungkin dan jelas maksudnya. Hilangkan kalimat2 yang engga perlu dan berlebihan atau berulang. Warna pada grafik juga diminta agar kita pintar memilih, dengan kombinasi warna yang engga norak. Warna yang lebih tua bisa dipakai untuk menonjolkan focus pada data yang penting.

  1. Menyiapkan CERITA SINGKAT DAN JELAS berhubungan dengan data.

Pada akhir bagian bukunya, Cole memberikan jurus-jurus menyiapkan draft cerita atas dasar data dengan runtun dan lengkap. Banyak contoh kasus yang beliau berikan dibukunya tersebut untuk mendapatkan storytelling yang enak dibaca, engga membosankan, dan menarik untuk dibaca.

Saya kira akan lebih baik teman-teman membaca langsung buku yang agak teknis ini untuk mendapatkan wawasan yang lengkap. Penulisnya sendiri memiliki pengalaman yang luas di perusahaan JPMorgan Chase, perusahaan perbankan, private equity dan terakhir di Google Company. Buku ini ditulis atas dasar pengalaman lapangan selama bertugas di banyak perusahaan global tersebut.

Reviewer: Aditiawan Chandra.

Mengerti Sistem Perekonomian Bak Mandi

Penulis: Aditiawan Chandra.
Cara bekerja sistem perekonomian di satu negara dapat digambarkan dengan menggunakan konsep BAK MANDI. Konsep ini menggunakan analogi seorang Bapak atau Ibu rumahtangga dalam memanaje kebutuhan air mandi untuk para anggota rumah-tangganya. Dengan jumlah anggota rumahtangga yang relatif besar yang biasa dijumpai pada kehidupan rumahtangga masyarakat di Indonesia, setiap rumahtinggal selalu diperlengkapi dengan bak mandi dengan kapasitas daya tampung air yang memadai. Sistem instalasi air di rumah tersebut kemudian dibangun, dengan menggunakan tangki penampungan di luar kamar mandi yang menggunakan jetpump atau dengan sistem penimbaan dari sumur terdekat dari lokasi bak mandi tersebut.

Baca selengkapnya…

TinjauanBuku: Environmental Economics

Environmental Economics: A Critical Overview
Pengarang: Alan Gilpin
Edisi: Cetak Ulang, tahun 2000
Penerbit: John Wiley & Sons, Ltd.
Jml halaman: 334


Sebagian besar dari kita telah mengenal disiplin ilmu ekonomi secara makro maupun secara mikro yang mengulas aspek perekonomian makro dan aspek manajemen perusahaan, yang mencakup seperti manajemen strategi, produksi, pemasaran dan sumber daya manusia. Akibatnya mungkin masih sedikit dari kita yang memahami dan mengetahui seluk beluk perihal Ilmu ekonomi lingkungan, yang dalam dua puluh tahun terakhir ini mengalami kemajuan dalam perkembangannya. Adakah buku yang secara khusus membahas aspek yang terakhir ini?

Manfaat Mempelajari Ilmu Lingkungan Hidup

Mengapa Ilmu Ekonomi Lingkungan Hidup diperlukan? Menurut penulis hal ini tidak lain dari adanya kenyataan motif berbisnis yang tidak semata-mata untuk mengejar laba. Dalam kenyataan sehari-hari, kegiatan bisnis saat ini akan semakin terkendala oleh keterbatasan pengetahuan, energi dan ambisi perusahaan meraih laba jangka pendek dan jangka panjang. Perusahaan yang sedang berkembang dituntut kemampuannya mengendalikan teknologi, kalkulasi harga dan biaya, dan menghindari ancaman dari kebangkrutan serta proses pengambil alihan perusahaan. Pemilik saham perusahaan pada saat ini mungkin rela menerima lebih sedikit imbal saham, sepanjang perusahaan yang dimilikinya tetap berkembang dalam jangka panjang. Seluruh motif dan kejadian ini terkait erat dengan permasalahan-permasalahan lingkungan hidup di sekitar lokalitas perusahaan.

Dunia bisnis pada abad modern sekarang terjalin erat hubungannya dengan para pemangku kepentingan yang lebih luas. Mereka terdiri dari pelaku ekonomi seperti pemegang saham, kreditur, direktur, manajer, konsumen, pemasok, pekerja, ahli pemasaran dan iklan, konsultan, anggota masyarakat dan lembaga pemerintahan dan publik pada tingkat pusat dan daerah. Hubungan ekonomi, sosial dan politik dengan pelaku-pelaku ini sebagian telah diikat melalui perjanjian kontrak, tetapi sebagian lagi tidaklah demikian. Proses perubahan lingkungan bisnis, perubahan alam sekitar, perubahan ketentuan dan peraturan pemerintah maupun perkembangan tuntutan-tuntutan dari pelaku lainnya yang tidak terikat dengan kontrak bisnis, semuanya akan semakin mempengaruhi kepentingan pemangku kepentingan, khususnya para pemegang saham.

Dari kondisi tersebut maka acuan bisnis ke depan sebenarnya bukanlah lagi mengejar laba perusahaan, tetapi lebih kepada keberlanjutan usaha (survival). Tiadanya faktor efisiensi pasar dan berbagai potensi timbulnya kegagalan pasar semakin menuntut kalangan bisnis untuk memperhatikan dan menguasai ilmu lingkungan hidup.

Cakupan Ilmu Lingkungan Hidup

Ilmu lingkungan hidup membahas masalah dan tantangan isu pengendalian polusi, perubahan iklim, perlindungan lingkungan hidup, konservasi sumber bahan baku yang semakin menipis, keragaman dan ancaman kelangsungan hidup mahluk hidup alam semesta, serta permasalahan alokasi sumber daya alam dan energi dalam proses produksi yang berkelanjutan. Memang benar aset maupun harta karun di sekitar alam sekitar kita bukan merupakan aset yang kepemilikannya dipegang dan dikendalikan oleh generasi manusia sekarang, tetapi mereka merupakan juga hak milik (equity) dari seluruh generasi-generasi penerus di kemudian hari. Oleh karenanya aset tersebut harus dikelola dengan baik, dipelihara kesehatannya agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan (sustainable).

Pengelolaan lingkungan hidup menuntut para investor dan pengusaha untuk melakukan proses kalkulasi manfaat dan biaya dari kegiatan produksi, perdagangan dan investasi pada kegiatan bisnisnya secara benar dan cermat. Di dalam kalkulasi tersebut perlu juga dimasukkan aspek internalisasi biaya pengendalian lingkungan, dan internalisasi akibat kerusakan-kerusakan yang timbul dalam proses produksi barang dan jasa — yang kepemilikannya berada ditangan masyarakat (community) dan generasi penerus kita. Tragedi jurang kemiskinan, dampak mulplier lokal yang minimal, pengangguran setempat yang tinggi, kasus kebocoran pembangkit nuklir di wilayah Three Miles Island dan Bhopal, berikut proses pembalakan hutan dan kebakaran asap serta kasus lluapan lumpur panas Sidoardjo merupakan peristiwa-peristiwa negatif yang patut dihindari.

Belum lagi kerusakan kualitas sungai, langkanya sumber air minum bersih, pembuangan sampah, perubahan tataruang (yang kontra lingkungan hidup) semuanya membuktikan adanya fakta telah terjadinya ”U-Shaped Hypothesis”, yaitu gejala penularan dampak lingkungan hidup yang semakin bersifat jangka pendek. Ketidak pedulian kita terhadap kasus-kasus global seperti rumah kaca, limbah radioaktif, rusaknya biodiversity laut, hutan dan fauna serta kelangkaan sumber panngan dunia tentunya pada saatnya akan memberikan dampak serupa dalam percepatan hipotesa tersebut jika tidak dikendalikan.

Atas dasar pertimbangan ini maka kalkulasi ”internal rate of return” suatu usulan investasi bisnis (kelayakan finansial) perlu dilengkapi juga dengan analisis cost-benefit, multi-criteria analysis, analisis proses multiplier, analisis cost-effectiveness dan analisis penilaian aset. Kita sebagai pelaku bisnis perlu juga menghormati dan menjalankan berbagai peraturan lingkungan hidup secara lokal, nasional dan internasional. Mengatasi masalah dan isu lingkungan hidup yang dampak negatifnya dinikmati oleh masyarakat dunia, seperti kasus ”global warming” dan perubahan cuaca dunia memang harus ditangani secara bersama — sepeti yang telah diatur dalam Perjanjian Internasional Kyoto Protokol. Mitigasi terhadap ancaman jangka panjang ini merupakan kewajiban bagi generasi masa kini agar pembangunan dan kesejahteraan dunia dapat berlangsung secara berkelanjutan bagi generasi-generasi penerus.

Diskusi mendalam dari permasalahan dan isu lingkungan hidup dari alam sekitar kita diuraikan lebih lanjut secara sistimatis oleh penulis kawakan ini ke dalam sepuluh bab topik bahasan. Proses substitusi pemanfaatan sumber daya alam yang semakin langka memang dapat terjadi secara alamiah dalam jangka panjang, tetapi proses mitigasi dari kemungkinan terjadinya mala petaka perlu dilakukan sejak sekarang. Tekanan dan persaingan bisnis dalam memanfaatkan lingkungan hidup perlu diminimalisir.

Bagi kalangan pebisnis dan mahasiswa buku ini memang layak untuk dibaca dan diambil manfaatnya.

Reviewer: Aditiawan Chandra.

(copyright@aditiawanchandra)
[KEMBALI KE HALAMAN AWAL]